ZIONEERS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
ZIONEERS

ZIONEERS, komunitas remaja di wilayah pelayanan GMIM Sion Winangun ...
 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Renungan by K' Ivo - Ayub Kecewa Terhadap Sahabat-sahabatnya

Go down 
PengirimMessage
meytrivo




Jumlah posting : 2
Registration date : 05.11.08

Renungan by K' Ivo - Ayub Kecewa Terhadap Sahabat-sahabatnya Empty
PostSubyek: Renungan by K' Ivo - Ayub Kecewa Terhadap Sahabat-sahabatnya   Renungan by K' Ivo - Ayub Kecewa Terhadap Sahabat-sahabatnya Icon_minitimeMon Nov 10, 2008 8:25 am

KHOTBAH AYUB 6:1-30


AYUB KECEWA KEPADA SAHABAT-SAHABATNYA





Kisah Ayub yang kita baca saat bagaikan
sebuah drama melankolis yang sangat mengharukan. Di mana alur cerita dari drama
tragis ini berupa dialog antara Ayub dengan ke-4 teman saudagarnya (Elifas,
Bildad, Zofar dan Elihu), yang datang dari jauh untuk membuktikan apakah kabar
yang didengar oleh mereka tentang malapetaka yang menimpa teman mereka Ayub benar
atau tidak. Dan seperti yang digambarkan dalam prolog dari cerita ini bahwa
ternyata sahabat mereka itu sudah tidak dikenal dari jauh, oleh karena penyakit
barah yang busuk, sehingga membuat kulit Ayub menjadi terkelupas. Mereka
menangis dan mengoyakan pakaiannya, memandikan abu pada kepala mereka, kemudian
duduk selama 7 hari tanpa sepatah kata pun, berpikir dan merenungkan
penderitaan yang berat dialami oleh Ayub itu.


Dan ketika Ayub membuka mulut
untuk mencurahkan isi hati terhadap apa yang menimpa dirinya, maka tampillah
Elifas dengan argumen-argumennya yang memojokkan Ayub, oleh karena dia menyuruh
Ayub bertobat dari segala perbuatan-perbuatan yang mungkin pernah menyakiti
Allah sehingga mengundang murkaNya atas Ayub. Tentunya Ayub yang merasa tidak
pernah melakukan hal itu kecewa terhadap apa yang dituduhkan temannya itu.
Bahwa yang diharapkan Ayub agar teman-temannya menjadi pilar penyangga terakhir
untuk menopang hidupnya ternyata tidaklah demikian.


Keadaan ini membuat Ayub semakin
terpuruk. Sehingga menjawab apa yang dikatakan temannya Elifas, Ayub mengawali
bahwa kekesalan dan kemalangan yang sedang dialaminya ini sungguh tiada dapat
terukur beratnya seperti pasir di tepi laut yang tiada habis-habisnya. Sebab
Ayub menyangka bahwa penderitaan yang dilaminya itu berasal dari Yang Mahakudus
Allah, yang selama ini telah memberkatinya. Sehingga dalam keadaan itu pula
Ayub seakan-akan sudah tidak mempunyai pegangan lagi sehingga dia memohon
permintaan terakhirnya agar Allah mengambil kehidupannya saja, oleh karena ia
sudah tidak kuat lagi menghadapi kehidupan ini. Masa depannya yang cerah sudah
menjadi sirna. Bahkan pertolongan dan keselamatan yang dipercayai Ayub itu
datang dari Allah ternyata sudah tidak ada dan bahkan menjauh dari hidupnya.


Dia kini hanya berhadapan dengan
teman-teman yang bukan memberikan solusi dalam persoalan yang dialaminya tetapi
semakin memperburuk keadaan batin Ayub, sehingga menjadi lebih tertekan. Dalam
situasi itu pula mengingatkan kepada teman-temanya tentang bagian kedua dari
hukum kasih itu sendiri, bahwa orang yang tidak mau menunjukkan kasih sayang
terhadap sesamanya melalaikan perintah untuk takut kepada Tuhan. Bahwa ternyata
kasih itu tidak mampu diwujudkan oleh teman-teman Ayub, yang sudah dianggapnya
sebagai saudara. Mereka berpikir bahwa ketika Ayub mengakui kalau apa yang terjadi dengan dirinya adalah
buah dari dosa-dosa yang ia lakukan, maka kemudian Ayub akan memohon
pertolongan dari pada mereka dengan meminta sebagian harta mereka dan atau
meminta perlindungan dari serangan musuh-musuh yang membuatnya menjadi jatuh
miskin.


Tetapi ternyata apa yang
diharapkan oleh teman-teman Ayub tidaklah demikian, bahwa sebaliknya Ayub
menuntut agar membuktikan dalam hal apakah ia pernah tersesat. sebab selama ini
Ayub selalu hidup dalam kesalehan dan ketaatannya kepada Tuhan. Perkataan-perkataan
yang dilontarkan Elifas kepadanya itu memang tidak salah. Tetapi kekokohan
perkataan yang jujur itu tidak tepat atau salah alamat. Memang Ayub cukup
mengenal kehidupan teman-temannya itu. Sehingga ia berpendapat sebenarnya
mereka bukan datang untuk menghiburnya tetapi hanya mencari-cari kesalahan
untuk diakuinya, agar Ayub yang selama ini mereka lihat hidup sebagai orang
benar, ternyata sama dengan mereka pernah melakukan kesalahan seperti melakukan
ketidakadilan terhadap anak yatim (Dalam hal pembagian sedekah kepada anak-anak
yatim mereka cuma pilih-pilih sehingga yang mendapat undian saja yang hanya
kebagian rejeki, sehingga bantuan ini pun tidak merata dan hanya menyebabkan
kecemburuan sosial) dan menganggap bahwa persahabatan itu seperti barang dagangan,
kalau menguntungkan oke-oke saja, tetap kalau merugikan tentunya tidak, bahkan
kalau bisa berlaku curang maka itu pun akan mereka lakukan.


Dan bagi Ayub apa yang dilakukan teman-teman dagangnya selama ini tidak
pernah ia lakukan, ia tidak pernah berdusta ataupun berlaku curang terhadap
orang-orang lain, termasuk mendatangkan bencana dan kesusahan bagi orang lain,
seperti yang hendak dituduhkan oleh sahabatnya Elifas itu. Oleh karena itu
adalah suatu hal yang pantas kalau Ayub membela imannya dengan mempertahankan
kebenaran yang selama ini ia pegang bahwa ia selalu hidup sebagai orang benar
di hadapan Tuhan Allah dan tidak sangat beralasan kalau apa yang datang dari
Allah itu adalah buah dari kesalehan, kesetiaan dan ketaatan yang dilakukannya.



Peristiwa yang dialami oleh Ayub ini mau
membuka wawasan kristiani kita bahwa hidup di dunia sebagai orang yang percaya
tak selamanya harus menerima berkat dan berkat saja. Siapapun dia, ternyata
seorang manusia harus mengalami suatu fase kehidupan manusia yakni penderitaan,
yang tidak pernah memandang bulu atau status seseorang itu. Banyak orang hidup
dalam kesusahan, kemiskinan, juga ketika seseorang berhadapan dengan persoalan
hukum, termasuk yang dialami oleh para pejabat pemerintah seperti yang santer
diberitakan oleh media-media saat ini.


Kita mungkin merasa saya hidup
benar di hadapan Tuhan, ketika diberkati dengan keuntunga-keuntungan materi
saya membagikannya untuk pelayanan gereja, untuk hamba-hamba Tuhan, saya hidup atas
setiap firman Tuhan, selalu mengasihi sesama. Tetapi mengapa saya harus
mengalami tantangan-tantangan di tengah-tengah kehidupan keluarga, baik itu
datang dari pihak isteri, suami, anak-anak orang tua, kakak atau adik? Mengapa
saya harus mengalami persoalan-persoalan di lingkungan pekerjaan saya, baik itu
datang dari teman-teman kantor saya, maupun datang dari pimpinan atau pun
bawahan saya? Mengapa saya harus gagal dalam usaha dan bisnis saya tidak
mendatangkan keuntungan? Mengapa saya dan keluarga saya harus mengalami sakit
penyakit? Mengapa saya belum mempunyai pekerjaan? Mengapa saya ditinggalkan
orang-orang yang sangat saya cintai? Dan masih banyak lagi pertanyaan “mengapa”
yang membuat seseorang itu sedih, kecewa, putus asa, sakit hati, dan berada
dalam tekanan batin yang sangat berat, sehingga tidak jarang orang percaya
sering bersungut-sungut kepada Tuhan.


Jikalau memang selama ini ada
hal yang kurang berkenan kita lakukan kepada Allah, kita kurang mengasihi orang-orang
yang kita cintai, ataukah kita kurang memperhatikan sesama dan saudara kita, dan
juga kita kurang memberikan persembahan yang terbaik bagi setiap pelayanan
gereja, termasuk dalam mensejahterakan pelayan Tuhan dan juga berdiakonia
kepada orang miskin. Maka tentunya kita diharapkan untuk merubah semuanya itu
agar supaya hukuman-hukuman Allah tidak menimpa kehidupan kita, sambil
mengingat nasihat Ayub yang berkata bahwa: siapa yang menahan kasih sayang
terhadap sesamanya melalaikan takut akan Yang Mahakuasa. Dengan kata lain kita
dituntut untuk peduli terhadap keberadaan sesama kita sehingga kita mampu
menjadi orang yang takut akan Tuhan, dan orang yang tetap hidup dalam takut
akan Tuhan pasti akan diberkati.


Tetapi kalau selama ini kita
merasa hidup benar di hadapan Tuhan, tetapi cobaan-cobaan itu silih berganti
datang dalam kehidupan kita, maka disinilah kita harus merenungkan bahwa Allah
sedang menguji iman kita apakah kita akan sanggup mempertahankan iman kita atau
tidak, ketika kita mengalami pencobaan yang datang dari Iblis itu sendiri. Kita
harus mempertahankan kebenaran iman kita, di dalam setiap pikiran, perkataan
dan perbuatan kita, sebab Iblis selalu mempunyai waktu untuk mencobai kita
dalam cara apapun termasuk membuat kita semakin menjadi terpuruk. Banyak orang
yang gagal mempetahankan imannya sehingga ada yang harus menjadi gila oleh
karena kalah dalam pilkada. Banyak orang yang mengalami putus asa, cemas dan
ketakutan oleh karena gagal menjadi anggota legislatif. Tetapi juga ada yang
bunuh diri oleh karena ketidakmampuan menghadapi kenyataan hidup itu sendiri.
Seperti yang hampir dilakukan oleh Ayub ketika dia meminta kepada Tuhan untuk
mengakhiri saja hidupnya yang penuh beban penderitaan yang sangat berat.


Dan belajar dari Ayub, maka kita
tetap dituntut hidup sebagai orang benar, sambil mempertahankan kebenaran yang
kita pegang. Jangan sampai kita mengingkari kebenaran yang kita pegang itu oleh
karena jalan keluar yang ditawarkan Iblis melalui tawaran uang yang diberikan
oleh orang lain untuk berkata dusta dan berlaku curang. Jangan sampai kita
mengingkari iman kita oleh karena jalan keluar yang ditawarkan Iblis melalui harta kekayaan
yang dimiliki oleh Syek-syek sehingga anak-anak kita Maria, Eunike, Ester,
Ribka, Sara, yang masih di bawah umur, harus mengganti nama menjadi Fatimah,
Soleha, Nurhalisa, Aisya, sambil meninggalkan kepercayaannya kepada Yesus
Kristus. Jangan sampai kita menjadi sangsi tentang kebenaran firman Allah oleh
karena cobaan Iblis itu bermanifestasi terhadap orang-orang yang selama ini
kita anggap sebagai teman, yang mampu menampung curahan hati kita, yang dapat
berempati dengan keadaan kita, tetapi sebaliknya menjadi musuh dalam selimut
yang kemudian lebih memperparah keadaan kita melalui kata-kata dan
nasihat-nasihat yang tidak mendatangkan damai sejahtera bagi kita. Kalau begitu
apakah yang harus kita lakukan dan kepada siapa lagi sahabat yang harus kita
percayai di dunia ini?


Marilah kita jadikan Yesus
sebagai sahabat kita. Sebab Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih
seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, seperti yang
dilakukan oleh Yesus dengan tuntas di kayu salib (Yoh 15:13). Dan untuk menjadi
sahabat Yesus yang baik dia menuntut kita untuk melakukan perintah-perintahnya
untuk saling mengasihi sebagai seorang sahabat (Yoh 15:14). Dia telah menjadi
sahabat yang sejati oleh karena Yesus telah memberitahukan kepada kita jalan
keselamatan yang disampaikan Bapa di sorga kepadaNya. Sehingga seberat apapun
pergumulan yang kita hadapi, maka Yesus akan hadir untuk memberikan jalan
keluarnya. Dia akan memakai hamba-hambaNya yang mau mendengarkan
keluhan-keluhan kita. Dia akan memakai orang-orang yang kita cintai untuk
memberikan solusi yang kita hadapi. Bahkan siapa pun akan dipergunakan Yesus
untuk menopang kehidupan kita, selama kita terus menerus bersandar kepadaNya di
dalam iman dan pengharapan kita. Sebab Yesuslah sahabat sejati kita, amat tulus
dan benar. Dia sahabat yang abadi, harapanku yang tetap, dalam suka maupun
duka, Yesus kawab yang akrab, seperti diungkapkan dalam llirik lagu dalam KJ
453 Yesus Kawan yang sejati dan NKB no 194 Kau tetap Tuhanku Yesus. AMIN.
Kembali Ke Atas Go down
 
Renungan by K' Ivo - Ayub Kecewa Terhadap Sahabat-sahabatnya
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Renungan by K' Ivo

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
ZIONEERS :: ZIONEERS SpiRiT :: Zioneers Bread...-
Navigasi: